Baiklah… Sudahlah…


Dua kata itu yang akhir-akhir ini sering banget saya ujarkan dalam hati. Kita sering kan dihadapkan pada situasi yang sangat tidak sesuai dengan harapan kita, padahal kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa menciptakan situasi seperti yang kita inginkan.

Β 

Baiklah…

Saat saya diminta untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya saya tidak mau dan mungkin tidak mampu. Tapi saya harus melakukan hal itu karena tidak ada pilihan lain. Saat hati menggumamkan kata ini, bukan maksudnya pasrah, tapi lebih karena saya ingin berdamai dengan keadaan. Menurut saya, gak ada salahnya kalau saya menuruti keinginan orang-orang di sekitar saya, mengingat saya gak pernah ngasih apa-apa untuk membahagiakan mereka.

Sudahlah…

Terlanjur basah!! Itulah istilah kerennya. Saat sesuatu sudah terjadi dan kita sangat dikecewakan oleh keadaan tersebut, tapi kita tidak mampu mengubah suatu keadaan itu, yaa sudah… mau gimana lagi?! Tak akan ada gunanya kita ngomel-ngomel gak jelas, mengeluh, marah-marah, dan sejenisnya. Saat menggumamkan kata ini bukan maksudnya saya menyerah, tapi berusaha menerima suatu keadaan yang tidak sesuai harapan, bahkan kadang menyakitkan.

Duluuuuu… saya ini terkenal keras kepala dan agak telmi. Makanya orang-orang di sekitar saya pasti sudah sangat hapal kalau saya punya keinginan, saya akan memperjuangkan keinginan saya tersebut sampai titik darah penghabisan!! *gak segitunya jugaaa kaleee

Selain itu kalau saya sudah bilang enggak yaa enggak!! Gak sembarang orang bisa membujuk saya. Tapi akhir-akhir ini hati dan pikiran saya mulai berubah. Mungkin ini yaaa yang disebut sebagai proses pendewasaan.

Basah bisa jadi kering. Rusak bisa diperbaiki. Hilang bisa beli lagi. Kotor bisa dibersihkan. Semua ada jalan keluarnya. Tak perlulah kita mengeluh ataupun marah-marah menghabiskan tenaga, merusak hati. Kecuali, jika kita memang mau rugi!! πŸ™‚

Setiap manusia akan sampai pada suatu titik dimana ia tidak menginginkan apapun di dunia ini, kecuali hanya mengharapkan ridla Tuhannya. Dalam setiap nafas yang ia hembuskan, dalam setiap langkah yang ia pijakkan selalu melakukan yang terbaik yang ia bisa. Ikut bahagia jika orang-orang di sekitarnya bahagia. Dan rasanya saat ini saya sedang berada di titik itu…

image

*Foto tersebut adalah pemandangan persawahan tebu yang letaknya persis di belakang gedung sekolah, tempat dimana saya mengajar. Foto saya ambil dari ruang kelas 4 di lantai 2 menggunakan kamera 1.3 MP dari hp Samsung Duos jadul saya yang penuh dengan kenangan πŸ˜€

54 respons untuk β€˜Baiklah… Sudahlah…’

  1. Kalau saya akan memperjuangkan bunga atau tanamannya sampai titik darah penghabisan, sebelum mati tetap saya coba pelihara πŸ˜€ Bundaa gambar sawahnya idanh sekali, suka warna hijaunya! :). *itu gambar sawah atau ilalang ya πŸ˜€

    1. kalau inget mbak Nella pasti inget tanaman bunga πŸ™‚
      aku kmrn baru beli 2 pohon sirsak dan satu pohon jeruk loh mbak… tp blm ‘berani’ beli tanaman bunga πŸ˜€

      itu foto ladang tebu mbak.. iya, kalau jenuh di kelas tinggal tengok ke jendela dah dpt pemandangan hijau segeeerrr itu *the real way of cuci mata πŸ˜€

    1. kalo gitu toss dulu mbak Non.. hehe
      ngajar di Jogja mbak, di kampung kelahirannya mantan presiden kita yg fenomenal pak Soeharto!! letak sekolahannya sekitar 1 km dari museum Soeharto yang baru diresmikan kemarin pagi πŸ™‚

    1. loohhhh… justru klo ujian mah gak boleh ngomong gitu… harus dikerjakan dg benar dan sampai slesei dong Monic.. heuheu 😦

      salam kenal balik dari Jogja…

    1. betuuuulll mbak.. kata abahku ‘nduwe ati kuwi kudu sik semeleh’ πŸ™‚
      pokoknya harus ikhlas klo nasi udah mjd bubur, tp dg catatan bsk2 lg klo masak nasi jgn disambi blog walking, biar gak jd bubur lg.. huahahaha πŸ˜€

    1. ada betulnya juga mbak… tapi bukankah ikhlas itu adalah sebuah proses.. kita manusia biasa, yg pasti akan kecewa dg keadaan yg terjadi tdk sesuai dg yg kita inginkan.. daaaannn berkata baiklah ataupun sudahlah bagi saya merupakan tahap pertama utk bisa menjadi ikhlas..

      analogi: kehilangan HP, tentu saja kita tidak bisa serta merta langsung merasa ikhlas, setelah berusaha mencari tp gak ketemu, mau tdk mau kita akan berkata ‘sudahlah’ nanti lama-kelamaan baru bisa jd ikhlas *makan siang apa sih aku td kok jd pinter gini?! hahahaha πŸ˜€

  2. wah bunda… tapi jangan terlalu sering baiklah dan sudahlah. menerima diri sendiri bukan berarti menyerah pada keadaaan.

    kalau keseringan ber-baiklah dan ber-sudahlah, entah kenapa, kesannya (bagi saya) adalah hanya menerima dan menerima saja. tak ada usaha. maaf ya bunda. tapi ini sih pendapat saya.

    1. haha… seneng deh Ryan mau komentar panjang lebar kali tinggi bagi dua gini… πŸ˜›
      aku udah tebak, pasti akan ada misunderstanding antara penulis dan pembaca *jiaaahhh penulis katanya
      aku sama sekali bukan menyerah ataupun pasrah..
      di paragraf pembuka aja dah aku tulis gini (aku copas in nih) ‘padahal kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa menciptakan situasi seperti yang kita inginkan’
      coba baca lagi dan resapi yaaa Ryan.. hihi.. emangnya baca puisi diresapi πŸ˜€

  3. Kta penuh motivasi sebenarny a.memang si kata ini mmpunyai banyak arti atau klo bahasa sekolhnya ambigu…tergantung bagaimna kata itu diucapkn dan waktu kpan diucapkn…..
    Yang jelas saya setuju dg tulisan ini….

    Salam buk guru….. πŸ™‚

  4. Ya sudahlah….saya cuma kasih komen tentang perkebunan tebu yang membikin mata sejuk, otak sejuk. Jangan2 karena liat pemandangan yang membuat tenang melulu yang bikin otaknya lebih dewasa πŸ˜†

    1. hihi… iya akang.. pokoknya klo pikiran penat, liat pemandangan itu dan menghirup udara sejuknya bs bikin fresh!! tp bkn itu yg membuat pikiran jd lbh dewasa, tp masalah demi masalah yg datang dan memaksaku utk teruuusss belajar πŸ™‚

    1. akhirnyaaaa… Masya mau mampir sini juga *peluk
      he’em ya cha… kadang manusia kan ada capeknya juga… dan ada beberapa hal yang gak bisa diperjuangkan πŸ™‚

  5. memperjuangkan yang kita inginkan itu bagus, namun kalo sudah mentok memang harus ikhlas mundur, karena siapa tahu pintu2 kesempatan dan rezeki justru ada di tempat lain, bukan di sesuatu yang kita kejar itu.

Tinggalkan Balasan ke Ely Meyer Batalkan balasan